29 Agustus 2009

19 Agustus 2009





Ma' Yos sedang tunjuk - tunjuk di pantai Mali - Alor
12 Juli 2009.



Boy di makam Almh. Mama Ester & Alm. adik Oscar tanggal 20 Juli 2009.
Suri Ikun dan Dua Burung

Pada jaman dahulu, di pulau Timor hiduplah seorang petani dengan isteri dan empat belas anaknya. Tujuh orang anaknya laki-laki dan tujuh orang perempuan.Walaupun mereka memiliki kebun yang besar, hasil kebun tersebut tidak mencukupi kebutuhan keluarga tersebut. Sebabnya adalah tanaman yang ada sering dirusak oleh seekor babi hutan. Petani tersebut menugaskan pada anak laki-lakinya untuk bergiliran menjaga kebun mereka dari babi hutan. Kecuali Suri Ikun, keenam saudara laki-lakinya adalah penakut dan dengki. Begita mendengar dengusan babi hutan, maka mereka akan lari meninggalkan kebunnya. Lain halnya dengan Suri Ikun, begitu mendengar babi itu datang, ia lalu mengambil busur dan memanahnya. Setelah hewan itu mati, ia membawanya kerumah. Disana sudah menunggu saudara-saudaranya. Saudaranya yang tertua bertugas membagi- bagikan daging babi hutan tersebut. Karena dengkinya, ia hanya memberi Suri Ikun kepala dari hewan itu. Sudah tentu tidak banyak daging yang bisa diperoleh dari bagian kepala. Selanjutnya, ia meminta Suri Ikun bersamannya mencari gerinda milik ayahnya yang tertinggal di tengah hutan. Waktu itu hari sudah mulai malam. Hutan tersebut menurut cerita di malam hari dihuni oleh para hantu jahat. Dengan perasaan takut iapun berjalan mengikuti kakaknya. Ia tidak tahu bahwa kakaknya mengambil jalan lain yang menuju kerumah. Tinggallah Suri Ikun yang makin lama makin masuk ke tengah hutan. Berulang kali ia memanggil nama kakaknya. Panggilan itu dijawab oleh hantu-hantu hutan. Mereka sengaja menyesatkan Suri Ikun. Setelah berada ditengah- tengah hutan lalu, hantu-hantu tersebut menangkapnya. Ia tidak langsung dimakan, karena menurut hantu-hantu itu ia masih terlalu kurus. Ia kemudian dikurung ditengah gua. Ia diberi makan dengan teratur. Gua itu gelap sekali. Namun untunglah ada celah disampingnya, sehingga Suri Ikun masih ada sinar yang masuk ke dalam gua. Dari celah tersebut Suri Ikun melihat ada dua ekor anak burung yang kelaparan. Iapun membagi makanannya dengan mereka. Setelah sekian tahun, burung- burung itupun tumbuh menjadi burung yang sangat besar dan kuat. Mereka ingin mem- bebaskan Suri Ikun.Pada suatu ketika, hantu-hantu itu membuka pintu gua, dua burung tersebut menyerang dan mencederai hantu hantu tersebut. Lalu mereka menerbangkan Suri Ikun ke daerah yang berbukit-bukit tinggi.Dengan kekuatan gaibnya, Burung-burung tersebut menciptakan istana lengkap dengan pengawal dan pelayan istana. Disanalah untuk selanjutnya Suri Ikun berbahagia.
(Diadaptasi bebas dari Ny. S.D.B. Aman,”Suri Ikun and The Two Birds,” Folk Tales From Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1976).

02 Juli 2009



Tarian Lego-lego yang dibawakan oleh Anak-anak dan Remaja Mataru pada saat pesta adat Amungtape di Mataru, Kamis 25 Juni 2009.

KUNJUNGAN KE MATARU

Hari Rabu tanggal 24 Juni 2009 jam 06.30 pagi saya dan rekan Pdt. Jakobus Pulamau sudah berada di pelabuhan Kalabahi menunggu Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Ibu Pdt. Bendelina Doeka-Souk. Tepat jam 07.00 dengan mobil taft milik Gereja Pola Tribuana Kalabahi yang dikemudikan oleh Om Unu Laamou, Sekretaris MS GMIT tiba di pelabuhan. Sementara itu perahu motor sedang memuat penumpang dengan tujuan akhir di Eybeky – kecamatan Mataru. Setelah membeli beberapa botol air mineral, kamipun naik ke perahu yang saat itu penumpangnya sekitar 20 orang saja. Tepat jam 08.00 perahupun angkat jangkat berlayar meninggalkan pelabuhan Kalabahi.

Dari Kalabahi mampir di pelabuhan Moru untuk menaikkan penumpang, diantaranya Pdt. Jusuf Madjeni – Ketua Klasis Alor Barat Daya – bersama Pdt. Dessy Millu, Pdt. Marthen Lapaikoli dan sejumlah penumpang lainnya. Dari pelabuhan Moru perahu berlayar menyusuri pulau Alor meliwati Wolwal, Matap, Lola, Pantai Serani lalu mampir di Buraga, Padailaka dan Kalunan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Di tempat-tempat persinggahan itu, perahu “ parkir “ sekitar 50 meter dari bibir pantai sebab tidak ada dermaga atau tambatan perahu sehingga penumpang yang turun atau naik harus menggunakan sampan yang bergoyang-goyang dipermainkan ombak. Di dalam sampan yang memuat antara 5 – 7 orang, semua penumpang duduk dalam posisi berlutut, Tidak ada gaya duduk yang lain.

Jam 16.15 Sekretaris Majelis Sinode GMIT dan rombongan menginjakkan kaki di pantai Eybiki yang saat itu sudah dipenuhi sekitar lima ratusan warga GMIT termasuk beberapa pendeta (a.l. Pdt. Marthen Madjeni, Pdt. Okto Otemau ). Acara penyambutan diawali dengan pengalungan selendang kepada Ibu Sekretaris MS GMIT, kemudian rombongan diarak menuju pastori Jemaat Eybeki yang jaraknya sekitar 300 meter dari dermaga. Sepanjang perjaanan ke pastori, ada dua orang bapak tua dan seorang ibu tua yang menari cakalele dengan gaya yang menghentak-hentak sambil mengayun-ayunkan kelewang berjalan di depan rombongan.

EMERITASI PENDETA

Hari Kamis, tanggal 25 Juni 2009 adalah hari yang bersejarah bagi Jemaat Eybeki dan secara khusus bagi Pdt. Marten Madjeni, karena pada hari ini diadakan kebaktian emeritasi baginya setelah ia melayani sebagai pendeta selama 36 tahun. Kebaktian emeritasi dipimpin oleh Ibu Sekretaris MS GMIT dihadiri oleh ratusan warga jemaat dengan wajah sedih, malahan ada banyak sekali yang sempat mencucurkan air mata ketika formula emeritasi diucapkan baik oleh pemimpin kebaktian maupun oleh pendeta emeritus.

Setelah kebaktian emeritasi dilanjutkan dengan serahterima Ketua Majelis Jemaat Mataru dari Pdt. Emr Marthen Madjeni kepada Pjs. Pdt. Elizabet Ahaloni. Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan makan siang bersama semua orang yang hadir pada acara ini.

KEBAKTIAN SYUKUR PANEN

Pada malam hari diadakan upacara atau kebaktian syukur kontekstual panen yang dalam bahasa daerah Abui disebut Amuntape. Acara ini diawali dengan lego-lego dan menyanyikan syair-syair dalam bahasa daerah sebagai ungkapan syukur atas berkat yang telah Tuhan berikan kepada jemaatNya, dalam hal ini berupa hasil panen dan ternak mereka. Acara ini kemudian diikuti oleh upacara adat ” Amung siang ne ” yang artinya makan bersama ( secara adat ). Setiap orang diberi 3 buah ketupat besar yang disimpan dalam sebuah niru kecil, sedangkan lauknya adalah ” malemang ” yaitu daging babi, daging ayam, gurita, ikan, udang, daging rusa yang dimasukkan dalam bambu kemudian dibakar baru disajikan. Satu bambu malemang isinya untuk satu orang. Saya tidak sanggup menghabiskan jatah ketupat dan malemang saya karena terlalu banyak.

Setelah makan, istirahat sebentar sekitar satu jam, lalu dilanjutkan dengan acara ” Amung luk ” yaitu lego-lego semalam suntuk. Acara ini sangat meriah dan dikuti oleh hampir semua peserta. Saya dan beberapa rekan pendeta yang namanya sudah disebutkan tadi ikut ambil bagian sehingga baru pulang tidur jam 04.30. pagi.

Sekitar jam 06.00 ( setelah acara Amung luk ) semua warga jemaat yang ada berkumpul di pastori mempersiapkan diri dan segala sesuatu untuk mengantar Pdt. Emeritus Marthen Madjeni ke rumah pribadinya yang berjarak sekitar 300 meter dari pastori. Rombongan pengantar ratusan orang jumlahnya dengan membawa berbagai benda ( isi rumah dan isi kandang ) untuk si pendeta. Saat itu Pdt. Emeritus dan isterinya dikenakan pakaian adat.

Begitu rombongan pengantar tiba di rumah pribadi, disana keluarga besar Madjeni sudah menunggu untuk penyambutan. Mereka berdiri berbaris sepanjang sekitar 50 meter dan menjabat tangan setiap orang yang mengantar. Setelah itu ada seorang tua yang mengatasnamakan seluruh Jemaat menyerahkan Pdt Emeritus untuk kembali kepada keluarganya, dan diterima oleh keluarga. Acara ini sungguh sangat mengharukan, hampir semua orang yang ada menitikkan air mata karena haru. Acara dilanjutkan dengan makan bersama.

Setelah makan, jam 08.00 rombongan Sekretaris MS GMIT dengan menumpang perahu motor kembali ke Kalabahi. Pelayaran ke Kalabahi cukup menyenangkan sebab tidak ada gelombang, laut tenang sekali sehingga semua penumpang duduk berceritera sambil menimati pemandangan alam yang sungguh sangat indah. Sekitar jam 17.00 perahu motor sandar di pelabuhan Kalabahi. Suatu perjalanan panjang sejak hari Rabu telah berakhir.

28 Juni 2009


Pante Serani - Tanjung Serani, ditempat inilah terjadi baptisan pertama di kepulauan Alor pada Oktober 1901. Foto diambil pada tanggal 26 Juni 2009.
Boy & Yos, Desember 2008.

22 Juni 2009

BA’I MNT BERLIBUR DI JAKARTA


Minggu ini “ musim libur “ sudah mulai. Sebelumnya anak-anak sekolah menerima raport ( hasil evaluasi belajar ) mudah-mudahan semua “ Anak Takoy “ dapat nilai baik dan lebih dari itu naik kelas.
Anak-anak Takoy - cucu Ba’i MNT - yang sedang sekolah sekarang adalah :

1. Erick Takoy
2. Yanty Nepa
3. Ria Takoy
4. Ester Takoy
5. Magdalena Nesimnasi
5. Soppo Takoy
6. Nita Takoy
7. Irene Mnaohonin
8. Adibu Nesimnasi

Yang sudah memanfaatkan waktu libur untuk berlibur adalah :
1. Tanta Ipa dan Ella Tanamal dari Ende yang berlibur sekitar 1 minggu di Nubraen. Dong su pulang Ende tanggal 18 Juni 2009.
2. Tanta Ruth & si murid TK – Adibu. Keduanya menumpang KM. Awu dari Kalabahi tgl. 17 Juni 2009 menuju Kupang. Waktu dari Kalabahi dong bawa pinang Alor yang biji kaboa sekitar 2 gardus aqua untuk kasih makan orang di Kupang. Sekarang ini dong masih di Kupang. Menurut telpon dari Tanta Ruth nanti hari Rabu tgl. 25 Juni baru kembali ke Kalabahi.
3. Ini yang Hebat !!! Ba’i MNT dengan Tanta ” Ainkou ” Emi sonde main-main dan sonde mau tau, pada hari Senin tgl 22 Juni 2009 jam 06.00 dengan menggunakan pesawat Lion Air bertolak dari Bandara El Tari Kupang – transit di bandara Juanda Surabaya – lalu tiba di bandara Cengkareng Jakarta. Bagi Ba’i ini penerbangan yang sudah pernah ditempuh, namun yang surprise adalah ” Ainkou ” Emi ini adalah perjalanan pertama ke Jakarta. Yang antar dong di bandara El Tari adalah Om Minggus, bos Hanis dan Tanta Ruth. Sepanjang perjalanan ” maitua ” pung HP tetap on sebab semua saudara tak henti-hentinya mengontak sekedar guyon dan memberi petunjuk,dll. Yang mengontak selama perjalanan adalah : Bapak Boy ( Kalabahi ) Bapak Ody ( Bogor ) Bapak Ibar ( SoE ) Bapak Hanis ( Mabes ) Tanta Ruth ( Kupang ) Tanta Ipa ( ND ). Tentu saja Om Minggus dan Sriyanti di Nunraen-Baun. Yang menjemput di Cengkareng adalah Mama Rolly & Ester Ninu. Dari bandara Cengkareng dengan bus menuju terminal Bogor. Waktu tiba di terminal semua sudah lapar, sehingga makan siang di salah satu rumah makan. Mau tau yang di makan ? Nasi dan ayam bakar !! Setelah makan dengan angkot menuju rumah, di sana Bapak Ody dan Ria sudah menunggu, maka acara penyambutan secara resmipun terjadi.
Waktu ” Ainkou ” diminta komentarnya tentang perjalanan hari ini yang maitua bilang adalah : Beta aman sa, sonde babingung, semua lancar ( sambil katawa pica ulang-ulang ). Menerut Ba’i dong di Bogor sekita dua minggu sa.
Mau tau apa yang Tanta Emi bawa kasih Bapak Ody sekeluarga ? Sedikit daging se’i dan CD lagu-lagu Timor yang pica-ancor pung yang disiapkan oleh Bos Hanis – yang biasa jadi opereter kalau ada pesta di Nubraen dan sekitarnya.

Selamat Berlibur !! Bagi anak-anak yang naek kelas, kalo ada yang minta hadiah kontak Kakak / Abang Erick sebagai boss. Dijamin pasti ada. ( er1ck@rocketmail.com )

09 Juni 2009


ULANG TAHUN BA’I KE-67, 12 JUNI 2009.


Kotong semua bersyukur kepada Tuhan – Pemilik dan Pengatur kehidupan – karena atas penyertaanNya, Bapak / Ba’I Marthinus Ninu Takoy hari Jumad tanggal 12 Juni 2009 merayakan Hari Ulang Tahun yang ke-67. Di hari yang penting dan berbahagia ini, walaupun beberapa anak dan cucu tidak berada bersama Bapak Ba’I namun melalui Doa Syukur semuanya pasti mendoakan. Sedangkan bagi anak dan cucu yang ada di rumah di Nubraen pasti kumpul-kumpul dan merayakannya. Ini adalah tradisi keluarga yang harus dilaksanakan.
Kami semua di Kalabahi, mengucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Bapak / Ba’I MNT yang ke-67 , Tuhan Yesus memberkati.

08 Juni 2009


ERICK TIKAM MULUT

Tadi sore (8/6) sekitar jam 15.00, Erick deng dia pung kawan dong rame-rame pulang dari skola di SMAN 1 Kalabahi pake speda motor. Baptua bawa dia pung motor andalan Suzuki smash gonceng dia pung sobat satu. Ketika tiba di muka bengkel dekat gereja Syaloom-Sawah lama ada satu bemo yang barenti kasturun penumpang di dong pung muka. Waktu dong melambung mau lewat takuju sa satu ekor anjing lari potong jalan. Itu anjing ( menurut Erick pung carita ) lari tabrak sang dong. Karena takuju deng kaget maka baptua dong taguling dan taroso di aspal sekitar sat meter. Erick pung tangan kanan taparuk di siku deng di pergelangan. Bukan itu sa, di pinggang ( di kolor pung batas ) juga sempat taparuk.
Dia pung motor pung batok kapala ancor. Setelah kecelakaan itu dia ditolong oleh dia pung kawan pung mama, yang pegang bao sang dia pi maituapung rumah ko langsung tatobi deng aer panas lalu kasih basa itu taparuk dong dengan minyak ular. Menurut mamtua itu minyak jitu untuk luka-luka yang model bagini, cuma Erick bilang dia bau amis ( ko ular pung minyak na ).
Terhadap peristiwa ini Erick pung mama ( Mama Yos ) marah-marah dan nyaris klap sang dia, ontong dia cepat-cepat fafudi maitua ko dingin. Sedangkan baptua pung komentar sadiki sa : ” Karmana anjing bisa kasi raroso satu ana muda di aspal lalu gonggong sang dong. Kalo kana beta itu anjing su jadi RW ”. Ketika berita ini diposting Erick sedang nonton TV.

02 Juni 2009

Tabê ma pules neu ko msâ, Amâ Takoy!

Pules ma seunbanit namfau neu Uisneno Amanekat ma Amnaut fun In nok kit ma nfé kit monit tala oras i. Mlilê ‘naek naheun au nekak nbi oras ho surat eletronik (e-mail) nemantean kau. Me toit maäf fun au ka utae fa laba, nane fun mepu ma seni humâ-humâ. Me nbi neno i mauthe au ‘lút ufanî ho hanam nâko pah ma bale Alor.

‘Tebes ma maneö hit es apaot-apanat neu hit uab-molok ma ‘maus ok-okê lê hit beï ma naï nabalab nani neu kit henait oke-te hit, batan neno i, tatutan tafanî neu batan amnemat. Tani ma futus i musti kaisâ natfék. Au umlilê (‘malín) fun ho mutéf blog nane ma mtae (mbaca) in nesan, ma nneis nâko nane mûnoinâ ho anmone manekat, Ignasius (kanaf amasat!), he nahín hit uab amasat i. Blog nane au ‘moë he uteab hit uab amasat neu pah-pinan nfunamnatéf. Tafnekan he blog nane nfain-on nete-lalan henait atoni namfau nbi hit kuan ma bale bian nahín hiti ‘maus kultural lê musti mapanat piuta.

Naï Rasi in uab ma in rasi nane hiti msâ. Au ‘mairini ‘maet fun in mapanat piuta masi ho mutua ek bare ma pah bian. Hit musti tahínje rek-reko ma troim he atoni bian nahínje msâ. Karu ka hit, sekau ntein?Neis-neis neu hit atoin’askorat; musti tfé ranan arekot.

Mauthe au utón ko kleö ntomneu au ‘poik. Au amâ, Josep Manhitu, guru SD, nâko Noemuti, TTU (es onnane au musti uhín Uab Metô logat Noemuti ma TTU ini), au einâ, Rosalina Tunliu, ahonit-apanat, nâko kuan Sunu, Amanatun Selatan (neu au musti uhín Uab Metô logat Amanatun ma TTS ini), au ûnae ‘bi pah Oekusi-Ambenu, fun un-unû au amâ nanaob in mepu nbi nae, me nbi oras i nmeup natua nok au einâ es Noemuti (neu au musti uhín Uab Metô logat Oekusi-Ambeno ma Tetun). Namuin au ‘kulia ‘bi Undana (ma babaun ûnoinâ he uhín Uab Metô logat Amarasi). Neno i au fê ûnoinâ he uhín Uab Metô logat Kusâ-Manleâ, lê mapakê es pah Belu. Es onnane, au ‘malín he uüab hit uab masi oras i au utua es Yogyakarta (± ton 10-en) ma musti ûnoin’ok he uhín uab negara bian sini (Inglés, Prancis, Spanyol, Portugés, Esperanto, Italia, ma bian-bian).

Nbi oras i au fê aim loit he upoin/’publikasi (‘terbitkan) au antologi/koleksi puisi Uab Metô es. Mtulun kau meik onen henait salit/rencana i njail natuin lomit alekot he tpanat hit uab. Koleksi puisi i ok-okê (buku mesê) matuï neik Uab Metô. Hit uabe musti matuï henait batan/generasi amunit nânoinâ ma nmuî sinmakat he npanat. Hit tahín, uab lê ka nmuî fa sastra tuis (sastra tulis) lof ka mapanat fa lekleok, fun sâ-sâ le matuï lof nabala kun. Me sâ-sâ le mauabâ me ka matüi lof nabeî namneuk nunfín kun.

Amunit i nfain-on hantonas mesê, ka promosi fa….hehehe. Kalu mloim he mûnoinâ uab Tetun (Timor-Leste ini), nabeî maim he msós Kamus Indonesia-Tetun # Tetun-Indonesia. Kamus i au es a-‘tui ma nabeî mupeinî es Toko Gramedia Kupang. Tulun he muteab kau hantonas i neu amnemat-sin nâko Timor-Leste lê natuan es kota Kalabahi.

Tulun he muteab au salam neu ho fé ma anmone manekat msâ neu atuinas “Persehatian Orang Timor” sin ok-okê. Au ufnekan henait nekmesê-ansaomesê amasat nane nmoin piuta ma nfút namepan ki ok-okê mbi pah Alor.

Au lasi nheu ma ntu neuba i. Makasi. Imanuel, Uisneno he nok kit piuta.

Tabê,

John

Mkios ma mbaca au blog-sin es:

http://ymanhitu.blogspot.com
http://uabmeto.blogspot.com

01 Juni 2009

NIKMATNYA MELAYANI DI ALOR

Beberapa hari terakhir ini beta mengkoordinir beberapa kawan dari Jakarta yaitu Pdt. Simon Pindo, Pdt. Teddy Menas, Pdt. Michico Sihite, Ev. Vera Indriani dan Ev. Yeny Sartika untuk bajalan ko bekin KPI di beberapa tampa di Alor. Ini kawan dong tiba di Alor dengan pesawat Trigana Air pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2009. Dong datang ke Alor dalam rangka bekin KPPI ( Kebaktian Penyembuhan dan Penyegaran Iman ). Selama di Alor dong tinggal di Pastori Gereja Pola Tribuana Kalabahi sebagai “ posko “ dan bekin pelayanan di beberapa tampa yaitu di Yagadi ( Kec. Alor Timur Laut ) Padang Panjang ( Alor Timur ) Mademang ( Pureman ) dan Kabir ( Pantar ). Selama di Alor ini orang dong didampingi oleh beta dengan Om Denny Lalitan ( anggota legislatif baru ) , Mas Darmo Tandyono ( manager WVI-ADP Alor ) , Pdt. Julius Kalawali, Om Ande Blegur deng Ibu As Laufra ( anggota PD. Betesda ), Om Nelson Oil dengan Om Agus yang jadi sopir, Om Eky Dakamoly .

  1. Perjalanan dan pelayanan di Yagadi ( Alor Timur ).

Pada hari Senin ( 18/5 ) jam 10.00 pake Om Denny Lalitan pung oto yang sopirnya nama Kalis ( ana Kefa satu ) beta bersama Pdt. Simon, Pdt. Teddy dan Ev. Vera berangkat ke Yagadi. Kalo mau pi itu tampa kotong musti lewat beberapa tampa yaitu : Kalabahi – Watatauku – Mebung – Benlelang – Takalelang – Mabu – Likwatang – Lelahomi – Baumi – Alemba – Tuleng – Nailang – Bukapiting – Sidongkamang – Kamot – Sunlet – Bondata – Adagai – Taramana – Serenglang.

KPPI di Yagadi diadakan selama 2 malam yaitu hari Senin (18/5) dan Selasa (19/5) bertempat di gedung kebaktian GMIT , banyak orang dari berbagai tempat sekitar Yagadi, terutama dari kampong Serenglang, Taramana, Labapu, Alata datang iko. . Pada umumnya jemaat sangat senang dan berharap agar kegiatan sejenis dilakukan lagi. Pelayanan di Yagadi dikoordninir oleh penanggungjawab jemaat setempat yaitu Pdt. Malko deng Sdr. Imanuel Nenoliu.

Tim kembali ke Kalabahi pada hari Selasa malam setelah pelayanan. Berangkat dari Yagadi jam 10.30 dan tiba di Kalabahi jam 12.00 malam.

  1. Perjalanan dan pelayanan di Mademang.

Pelayanan ke Mademang dilakukan oleh Pdt. Simon dan Ev. Vera Indriani didampingi oleh Sdr. Eky Dakamoly – pegawai Kantor Gereja Pola Tribuana Kalabahi sekaligus sebagai juru komunikasi sebab dia menggunakan handy talky. Tim ini dijemput oleh Pendeta GMIT yang melayani disana yaitu Pdt. Yoseph Keden. Perjalanan ke Mademang menggunakan perahu motor yang berangkat dari pelabuhan Kalabahi jam 07.00 dan tiba jam 17.00. Pelayanan di Mademang dilaksanakan pada hari Rabu (20/5) dan Kamis (21/5). Seperti di Yagadi, di Mademang banyak sealai jemaat yang datang mengikuti KPPI yang dilaksanakan di gedung kebaktian GMIT Mademang. Tim ini juga disambut di pelabuhan Mademang oleh Camat Pureman dan masyarakat setempat.

Ketika Tim kembali ke Kalabahi (Jumad, 22/5) perahu mereka sempat dihantam hujan lebat dan sedikit gelombang mulai dari tanjung Margeta sampai Kalabahi. Ev. Vera sempat ketakutan sampai pusing dalam perahu. Walaupun demikian pelayanan dan pelayaran Kalabahi – Mademang ( pp ) berjalan dengan sukses.

  1. Perjalanan dan pelayanan di Padang Panjang.

Hari Jumad pagi beta dengan Om Nelson Oil menggunakan mobil Avansa menjemput Pdt. Michico dan Ev Yeny Sartika di Bandara Mali.Sebelumnya beta belom kenal maitua dua ni, Cuma kotong bakanal karena selalu batelpon dan ba email ulang-ulang. Bagitu beta masok di ruang tunggu beta langsung pi pegang maitua Michico pung tangan baru beta tanya sang dia ” Lu yang nama Michico ko ? Maitua tahedek sadiki, Cuma capat baomong bilang ” Ini pak Boy ko ” Beta bilang betul mama. Dari bandara kotong masok Kalabahi dan singgah di Depot Anggrek untuk isi paru sadiki soalnya mau jalan jao. Kotong hanya masko teh sa soalnya masi papagi na ( jam 08.00 ). Abis minum, kotong tukar oto sonde pake Avansa lai ma pake Ford pick-up milik Om Thom Lalangpuling yang dia pung stir dipegang oleh Om Agus. Yang diatas ini oto adalah beta ( dimuka deka sofir ) sedangkan Pdt. Teddy, Pdt. Michico dan Ev. Yenny di beta pung balakang. Kotong kaluar dari Kalabahi jam 10.15 menuju Padang Panjang liwat Yagadi. Mau deka itu kampong jalan susah karena orang Jawa ( PT. Adi Karya ) dong baru gusur satu gunung ko jadi jalan raya, bagitu abis guyur ujan poa turun 2 hari secara telak jadi dia pung lompor beta sonde bisa omong ( tau to ).

Kotong sampa di Padang Panjang disambut oleh beberapa baptua deng maitua di muka rumah pelayan setempat dan diajak masok. Ternyata baptua pendeta disini ( Pdt. Renny Naiola ) ada pi di satu kampong laen. Biar bagitu penerimaan lancar, sonde lama kopi panas su kaluar ko kotong masko, soalnya disini dingin brat. Sebelum kotong menikmati ini suguhan kotong bardoa, beta yang pimpin.

Dudu-dudu sonde lama beta deng Om Agus pulang Kalabahi sedangkan kawan laen tinggal ko KPI ini malam deng besok malam.

Hari Jumad (22/5) pagi beta deng Om Agus nae ambel kawan dong ko bawa pi Kalabahi. Kotong tiba kembali di Kalabahi jam 10.00. Ini orang Jakarta dong senang mau mati di Padang Panjang karena orang-orang disama bae-bae dan ikuti pelayanan dengan sungguh-sungguh, apalagi orang kampong dong sempat panah ame rusa laki satu ekor ko dong tambah gizi. Menurut Pdt. Michico, Pdt. Teddy dan Ev. Yenny ini merupakan kali pertama dong makan daging rusa ( kalo beta su sonde bisa reken lai – su tede ulang-ulang ).

( cerita ini bersambung jadi ikuti trus eeee ).