02 Juli 2009



Tarian Lego-lego yang dibawakan oleh Anak-anak dan Remaja Mataru pada saat pesta adat Amungtape di Mataru, Kamis 25 Juni 2009.

KUNJUNGAN KE MATARU

Hari Rabu tanggal 24 Juni 2009 jam 06.30 pagi saya dan rekan Pdt. Jakobus Pulamau sudah berada di pelabuhan Kalabahi menunggu Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Ibu Pdt. Bendelina Doeka-Souk. Tepat jam 07.00 dengan mobil taft milik Gereja Pola Tribuana Kalabahi yang dikemudikan oleh Om Unu Laamou, Sekretaris MS GMIT tiba di pelabuhan. Sementara itu perahu motor sedang memuat penumpang dengan tujuan akhir di Eybeky – kecamatan Mataru. Setelah membeli beberapa botol air mineral, kamipun naik ke perahu yang saat itu penumpangnya sekitar 20 orang saja. Tepat jam 08.00 perahupun angkat jangkat berlayar meninggalkan pelabuhan Kalabahi.

Dari Kalabahi mampir di pelabuhan Moru untuk menaikkan penumpang, diantaranya Pdt. Jusuf Madjeni – Ketua Klasis Alor Barat Daya – bersama Pdt. Dessy Millu, Pdt. Marthen Lapaikoli dan sejumlah penumpang lainnya. Dari pelabuhan Moru perahu berlayar menyusuri pulau Alor meliwati Wolwal, Matap, Lola, Pantai Serani lalu mampir di Buraga, Padailaka dan Kalunan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Di tempat-tempat persinggahan itu, perahu “ parkir “ sekitar 50 meter dari bibir pantai sebab tidak ada dermaga atau tambatan perahu sehingga penumpang yang turun atau naik harus menggunakan sampan yang bergoyang-goyang dipermainkan ombak. Di dalam sampan yang memuat antara 5 – 7 orang, semua penumpang duduk dalam posisi berlutut, Tidak ada gaya duduk yang lain.

Jam 16.15 Sekretaris Majelis Sinode GMIT dan rombongan menginjakkan kaki di pantai Eybiki yang saat itu sudah dipenuhi sekitar lima ratusan warga GMIT termasuk beberapa pendeta (a.l. Pdt. Marthen Madjeni, Pdt. Okto Otemau ). Acara penyambutan diawali dengan pengalungan selendang kepada Ibu Sekretaris MS GMIT, kemudian rombongan diarak menuju pastori Jemaat Eybeki yang jaraknya sekitar 300 meter dari dermaga. Sepanjang perjaanan ke pastori, ada dua orang bapak tua dan seorang ibu tua yang menari cakalele dengan gaya yang menghentak-hentak sambil mengayun-ayunkan kelewang berjalan di depan rombongan.

EMERITASI PENDETA

Hari Kamis, tanggal 25 Juni 2009 adalah hari yang bersejarah bagi Jemaat Eybeki dan secara khusus bagi Pdt. Marten Madjeni, karena pada hari ini diadakan kebaktian emeritasi baginya setelah ia melayani sebagai pendeta selama 36 tahun. Kebaktian emeritasi dipimpin oleh Ibu Sekretaris MS GMIT dihadiri oleh ratusan warga jemaat dengan wajah sedih, malahan ada banyak sekali yang sempat mencucurkan air mata ketika formula emeritasi diucapkan baik oleh pemimpin kebaktian maupun oleh pendeta emeritus.

Setelah kebaktian emeritasi dilanjutkan dengan serahterima Ketua Majelis Jemaat Mataru dari Pdt. Emr Marthen Madjeni kepada Pjs. Pdt. Elizabet Ahaloni. Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan makan siang bersama semua orang yang hadir pada acara ini.

KEBAKTIAN SYUKUR PANEN

Pada malam hari diadakan upacara atau kebaktian syukur kontekstual panen yang dalam bahasa daerah Abui disebut Amuntape. Acara ini diawali dengan lego-lego dan menyanyikan syair-syair dalam bahasa daerah sebagai ungkapan syukur atas berkat yang telah Tuhan berikan kepada jemaatNya, dalam hal ini berupa hasil panen dan ternak mereka. Acara ini kemudian diikuti oleh upacara adat ” Amung siang ne ” yang artinya makan bersama ( secara adat ). Setiap orang diberi 3 buah ketupat besar yang disimpan dalam sebuah niru kecil, sedangkan lauknya adalah ” malemang ” yaitu daging babi, daging ayam, gurita, ikan, udang, daging rusa yang dimasukkan dalam bambu kemudian dibakar baru disajikan. Satu bambu malemang isinya untuk satu orang. Saya tidak sanggup menghabiskan jatah ketupat dan malemang saya karena terlalu banyak.

Setelah makan, istirahat sebentar sekitar satu jam, lalu dilanjutkan dengan acara ” Amung luk ” yaitu lego-lego semalam suntuk. Acara ini sangat meriah dan dikuti oleh hampir semua peserta. Saya dan beberapa rekan pendeta yang namanya sudah disebutkan tadi ikut ambil bagian sehingga baru pulang tidur jam 04.30. pagi.

Sekitar jam 06.00 ( setelah acara Amung luk ) semua warga jemaat yang ada berkumpul di pastori mempersiapkan diri dan segala sesuatu untuk mengantar Pdt. Emeritus Marthen Madjeni ke rumah pribadinya yang berjarak sekitar 300 meter dari pastori. Rombongan pengantar ratusan orang jumlahnya dengan membawa berbagai benda ( isi rumah dan isi kandang ) untuk si pendeta. Saat itu Pdt. Emeritus dan isterinya dikenakan pakaian adat.

Begitu rombongan pengantar tiba di rumah pribadi, disana keluarga besar Madjeni sudah menunggu untuk penyambutan. Mereka berdiri berbaris sepanjang sekitar 50 meter dan menjabat tangan setiap orang yang mengantar. Setelah itu ada seorang tua yang mengatasnamakan seluruh Jemaat menyerahkan Pdt Emeritus untuk kembali kepada keluarganya, dan diterima oleh keluarga. Acara ini sungguh sangat mengharukan, hampir semua orang yang ada menitikkan air mata karena haru. Acara dilanjutkan dengan makan bersama.

Setelah makan, jam 08.00 rombongan Sekretaris MS GMIT dengan menumpang perahu motor kembali ke Kalabahi. Pelayaran ke Kalabahi cukup menyenangkan sebab tidak ada gelombang, laut tenang sekali sehingga semua penumpang duduk berceritera sambil menimati pemandangan alam yang sungguh sangat indah. Sekitar jam 17.00 perahu motor sandar di pelabuhan Kalabahi. Suatu perjalanan panjang sejak hari Rabu telah berakhir.